Mimpi Besar Menpar Arief Yahya Lewat Homestay Desa Wisata

Mimpi besar Menpar Arief Yahya yang hendak diwujudkan mengenai pariwisata Indonesia adalah Homestay Desa Wisata yang menjadi industri baru dalam pengembangan amenitas pariwisata. Indonesia pun akan menjadi negara dengan homestay terbesar, terbanyak, dan terbaik dunia.

Tahun ini saja, ditargetkan 20.000, tahun 2018 ditambah 30.000, dan 2019 dibangun 50.000 yang bakal mencapai 100.000 pada 2019. Homestay dikelola secara korporasi, bukan cara koperasi, dijalankan dengan bisnis baru, berbasis pada digital yang disebut Menpar sebagai digital sharing economy.

Dalam Rapat Koordinasi Pariwisata II/2017 yang digelar bulan Mei lalu, dilansir dalam Tempo.co.id, Menpar Arief Yahya mengungkapkan tentang program Homestay Desa Wisata yang dilaksanakan mulai tahun ini. Program tersebut merupakan kontribusi Kemenpar terhadap Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan homestay mempunyai nilai strategis. Terutama untuk memperkuat unsur Amenitas dalam teori 3A, yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.

Menurut travel.detik.com, Pariwisata merupakan sektor prioritas pembangunan pada 2015-2019 selain infrastruktur, maritim, energi dan pangan. Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector serta menetapkan target parwisata tahun 2019 menjadi dua kali lipat yakni kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 15%, devisa yang dihasilkan sebesar Rp 240 triliun, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebanyak 20 juta dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air sebanyak 275 juta, serta membuka 13 juta lapangan kerja.

Untuk mencapai target tersebut Kemenpar telah mengembangkan 10 destinasi prioritas pariwisata sebagai 'Bali Baru' serta menetapkan tiga program utama (top 3 program) yang dilaksanakan tahun ini yaitu digitalisasi, homestay, dan konekstivitas. Program ini juga untuk mendukung branding baru 10 destinasi pariwisata utama, Great Bali, Great Jakarta, Great Kepri, Joglosemar/Jogja-Solo-Semarang, Coral Wonders/Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat, Medan, Makassar, Lombok, dan Banyuwangi.

Sebelumnya, dalam Kompas.com, beberapa pengelola desa wisata dan homestay mendapat penghargaan "ASEAN Award 2017" untuk kategori "Homestay" dan "Community Base Tourism (CBT)" tingkat Indonesia. Penghargaan itu diserahkan pada acara ASEAN Tourism Award 2017 di Hotel Pan Pacific, Singapura.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan penghargaan tersebut kepada para pemenang di hadapan beberapa menteri pariwisata negara anggota ASEAN dan organisasi industri pariwisata di Asia Tenggara.

Hal ini sungguh membanggakan dan penting bagi kemajuan pariwisata Indonesia. Seperti keterangan dalam kompas.com, penghargaan untuk lima homestay bertajuk "ASEAN Homestay Award 2017" diberikan kepada para pengelola homestay. Para pemenang kategori Homestay tingkat Indonesia antara lain:
- Suweden Homestay, Bali
- Homestay Bunga, Dieng Kulon, Jawa Tengah
- Homestay Adiluhung, Yogyakarta
- Homestay Suheri, Jawa Tengah
- Homestay Teratai 3, Cibuntu, Kuningan, Jawa Barat.

Sementara, untuk penghargaan community base tourism bertajuk "ASEAN CBT Award 2017". Penghargaan CBT diberikan kepada pengelola desa wisata yakni:
- Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan perwakilan pengelola yaitu Sugeng Handoko
- Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan perwakilan pengelola Alif Faozi
- Desa Wisata Panglipuran Bangli, Bali dengan perwakilan pengelola I Nengah Moneng.

Menpar Arief mengatakan bahwa tujuan dari penghargaan yang diterima Indonesia sebagai bentuk apreasiasi untuk pariwisata berkualitas yang langsung melibatkan masyarakat.

Comments

Popular Posts