Benteng Marlborough Saksi Bisu Penjajahan Empat Negara

Untuk mengetahui sejarah panjang kolonialisme yang pernah terjadi di Indonesia datanglah ke Bengkulu. Di kota ini terdapat bentuk peninggalan penjajahan yang sangat besar berupa benteng yang diberi nama Benteng Marlborough atau Fort Malborough.

Menilik sejarahnya, benteng ini dibangun selama 5 tahun oleh Inggris. Pembangunan dimulai dari tahun 1714 dan selesai tahun 1719. Benteng Marlborough dibangun karena Benteng York yang sebelumnya telah dibangun di tepi muara Sungai Serut yang dikelilingi rawa-rawa, menyebabkan banyak warga Inggris meninggal. Mereka terjangkit malaria, disentri dan TBC.

Inggris kemudian mengadakan pendekatan kepada raja-raja Bengkulu. Hasilnya Inggris mendapatkan lokasi yang lebih luas dan lebih strategis di bukit kecil tepi Pantai Tapak Paderi.

Pembangunannya dikerjakan oleh arsitek dan para pekerja yang didatangkan dari India. Pemberian nama Fort Marlborough adalah sebagai kenangan kepada seorang komandan militer asal Inggris yang bernama John Churchill, yang terkenal sebagai "The First Duke Of Marlborough".
Menelusuri Benteng Marlborough

[caption id="attachment_1429" align="aligncenter" width="640"] Mari masuki Fort Marlborough... (foto: ZH/traveltoday)[/caption]

Dengan membayar Rp5000 saja, kita sudah bisa masuk dan menjelajahi benteng ini. Begitu masuk gerbang pertama di sebelah kiri ada 3 kuburan perwira Inggris yang dikuburkan di sini.

Kemudian kita akan menyeberangi jembatan untuk menuju gerbang kedua. Di bawah jembatan terdapat seperti sungai kecil dengan rumput yang rapi. Dulu sungai ini berisi ranjau darat yang menghalangi semua orang untuk mendekati benteng dan menghalau semua serangan darat ke Benteng Marlborough.

Kemudian kita akan memasuki pintu gerbang kayu yang sangat tebal dengan mur-mur baja yang sangat kuat. Pintu gerbang ini mengingatkan kita akan pintu-pintu gerbang benteng di China. Walaupun usianya sudah ratusan tahun namun masih tampak sangat kuat dan kokoh.

Begitu memasuki ruangan di sebelah kiri, maka kita akan diajak untuk membaca sejarah Bengkulu dan kolonialisme di Indonesia. Diawali dengan kejayaan kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu. Kemudian masuknya delegasi perdagangan dari Inggris yang akhirnya menguasai Bengkulu. Tukar guling Inggris dan Belanda ditandai dengan traktat London pada tahun 1824. Dimana Inggris pindah ke Singapura yang dikuasai oleh Belanda dan Belanda kemudian menguasai Bengkulu sampai tahun 1942.

Setelah kekalahan sekutu oleh Jepang, Belanda terusir dan Jepang menguasai Bengkulu hingga tahun 1945. Jepang membangun bunker-bunker perlindungan di sisi luar benteng ini untuk bertahan dari serangan musuh.

Setelah kekalahan Jepang, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Benteng Marlborough ini dikuasai oleh Indonesia dan digunakan sebagai markas Polri. Kemudian jatuh lagi ke tangan Belanda setelah Belanda membonceng sekutu dan melakukan Agresi Militer I dan II di tahun 1949.

Setelah berlangsungnya Perjanjian Meja Bundar, Benteng Marlborough benar-benar menjadi milik Indonesia.

Ketika hampir selesai pembangunannya di tahun 1718, benteng ini pernah diserang dan diduduki oleh rakyat Bengkulu yang dipimpin oleh Pangeran Jenggalu. Inggris sempat kabur ke Madras, India. Tetapi kembali ke Bengkulu di tahun 1724 setelah mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan Sungai Lemau yang menguasai Bengkulu kala itu.

Kemudian tahun 1760 Benteng ini diserang oleh 500 lebih pasukan Perancis yang dipimpin oleh Comte D'Estaing. Namun kemudian diserahkan lagi ke Inggris di tahun 1963 setelah penandatanganan perjanjian antara Pemerintah Inggris dan Perancis.

Tahun 1807 terjadi gerakan sosial perlawanan petani kopi karena protes dengan sistem pertanian yang dipaksakan yang dikenal dengan nama Peristiwa Mount Fellik. Thomas Parr dibunuh di Mount Fellik dan dimakamkan di dekat pintu masuk Benteng Marlborough ini.

Begitu banyak peristiwa yang terjadi di Benteng Marlborough. Benteng yang sampai saat ini masih berdiri sangat kokoh ini telah menjadi saksi bisu dan sejarah panjang perjuangan kolonialisme yang berkedok perdagangan di Indonesia. Dan juga saksi atas perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan.

Benteng Marlborough memiliki panjang 240,5 meter dan lebar 170,5 meter. Sedangkan ketebalan temboknya mencapai 3 meter. Hal ini dapat kita lihat begitu kita masuk ruangan sisi kanan. Terdapat dua ruangan penjara yang ada jendelanya dengan dua tirai besi. Pada saat itu penjara ini diisi oleh tokoh-tokoh politik tahanan perang. Terdapat gambar kompas dan goresan berbahasa Belanda ketika tokoh politik Belanda ditahan Jepang.

Selanjutnya kita akan masuk ke halaman terbuka dengan banyak meriam yang moncongnya mengarah ke laut. Di sisi kanan terdapat beberapa ruangan penghuni dengan banyak pintu. Yang membuat penghuni ruangan bisa kabur dari pintu mana saja ketika ada serangan.

Sedangkan di bagian depan terdapat gedung memanjang dengan deretan ruangan yang di gerbang utamanya bertuliskan "Kantor East India Company".

Kemudian kita bisa naik tangga ke lantai dua ujung kiri. Dari sini kita bisa melihat ke laut lepas. Dahulu di bawah benteng ini langsung laut. Namun karena pennyusutan air laut yang terus menerus, maka jarak benteng dengan laut semakin jauh.

Di atas sini juga terdapat meriam yang diarahkan kelaut. Dan di bawahnya adalah gudang senjata. Ditengah ada lubang berbentuk sumur untuk memasok senjata keatas. Duduklah di atas dinding beton yang ada. Memandanglah jauh ke laut lepas dan bayangkanlah semua peristiwa yang telah terjadi di Fort Marlborough ini.

Setelah puas, kita dapat mengitari benteng setengah lingkaran berbentuk U ke sisi lainnya. Atap benteng masih tampak sangat kokoh dan kuat. Seperti menyusuri tembok-tembok benteng di Eropa. Sangat berbeda dengan bangunan-bangunan yang ada sekarang. Pemandangan dari atas benteng ini cukup indah. Sekeliling benteng ditumbuhi rumput hijau yang menjadi tempat bermain anak-anak.

Selesai dari benteng Marlborough ini, kita bisa melanjutkan perjalanan wisata sejarah Indonesia dengan mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno dan juga Ibu Fatmawati. Bagaimana Bung Karno mengisi hari-harinya di pengasingan dengan banyak kegiatan. Termasuk menggambar dan membangun masjid beratap rumah limas khas Melayu yang terletak di pusat kota Bengkulu hingga akhirnya bertemu tambatan hatinya Ibu Fatmawati.

Betapa kota Bengkulu telah menjadi saksi sejarah dari perjuangan rakyat Indonesia melawan imperialisme. Dari mulai masuknya Inggris, Perancis, kemudian Belanda dan Jepang. Mereka telah meninggalkan jejak-jejak yang sangat besar di bumi Bengkulu.

Jadi berwisatalah dan belajarlah sejarah Indonesia ke Kota Bengkulu. (zh)

Comments

Popular Posts