Terorisme Ganggu Pariwisata
Baru-baru ini, kita dikejutkan lagi oleh berita tentang aksi pelaku teror yang menabrakkan kendaraannya ke arah segerombolan turis di Pusat Pariwisata yang sangat terkenal di kota London, Westminster.
Kebetulan saya baru kembali dari menjelajahi London dan sekitarnya. Hampir setiap pagi saya memulai perjalanan wisata saya dari Stasiun Westminster. Karena begitu keluar stasiun, saya akan dengan mudah berpindah kendaraan menuju pusat-pusat pariwisata di kota London dan sekitarnya. Saya bisa berpindah ke bus hop on hop off yang bisa mengantar saya keliling London. Atau naik cruise tour menyusuri Sungai Thames dan menikmati kota London dari atas kapal. Bisa juga sekadar berjalan kaki menikmati megahnya Big Ben dan Naik London Eye - dua ikon kota London. Atau masuk melihat-lihat dari dalam kemegahan Gedung Parlemen Inggris yang sangat terkenal dan lanjut ke gedung Westminster Abbey.
Kalau nggak mau ribet, cukup berjalan-jalan di taman Westminster dan berfoto bersama patung-patung tokoh-tokoh terkenal seperti Churchil, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan tokoh-tokoh lainnya. Dan yang paling digemari para traveller yaitu berfoto diatas jembatan Westminster. Jembatan yang selalu ramai dikunjungi oleh turis dari seluruh dunia dan menjadi tempat favorit untuk berfoto. Baik dengan latar belakang Big Ben ataupun sebaliknya dengan latar belakang London Eye.
Itulah tampaknya yang dilakukan oleh serombongan turis mancanegara pada saat ditabrak oleh teroris yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sehingga 2 orang wisatawan meninggal dunia dan 40 lainnya terluka. Korban bertambah dengan ditikamnya seorang polisi dan ditembaknya pelaku teror oleh polisi.
Berita ini langsung memenuhi linimasa dan menyentak banyak wisatawan di dunia. Termasuk saya. Belum lepas satu minggu saya berada di sana. Saya tidak ingin membayangkan kejadian tersebut ketika saya berada di sana. Tentunya akan membuat ketakutan dan trauma untuk melakukan perjalanan wisata kemanapun. Dan kalau kita melihat ke belakang, ini bukan yang pertama kali. Pusat pariwisata dan keramaian orang menjadi incaran para teroris. Belum lepas dari ingatan kita kejadian di Nice, Perancis dengan pola yang hampir sama.
Teroris juga mengincar bandara seperti yang terjadi di Brussel, Belgia dan Istanbul, Turki yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan terhentinya operasional bandara selama beberapa saat. Yang paling menghebohkan dunia tentu saja bom Paris yang diledakkan di depan Stadion Stade de France dan serbuan teroris ke tengah konser di Gedung Bataclan tahun 2016 lalu yang meyebabkan ratusan orang kehilangan nyawanya.
Belum lagi teror pada malam tahun baru yang terjadi di Reina Club, Istanbul. Sekelompok teroris bersenjata menyerbu masuk dan menembak membabi buta yang menewaskan 39 orang pengunjung yang sedang merayakan tahun baru. Reina Club terkenal sebagai klab mewah yang selalu dikunjungi kaum jetset dan wisatawan berduit ketika berkunjung ke Istanbul.
Kejadian di Club Reina mengingatkan kita dengan Paddy's Club dan Sari Club yang ada di Bali. Kedua tempat inj diserang bom secara bersamaan oleh teroris pada tanggal 12 oktober 2002. Tercatat 202 korban jiwa dan ratusan orang lainnya terluka. Sekarang meninggalkan monumen yang selalu diperingati setiap tahun. Kemudian tiga tahun kemudian di tahun 2005 terjadi lagi bom Bali II yang diledakkan teroris di pusat keramaian Kuta dan Jimbaran yang mengakibatkan 23 orang tewas dan melukai ratusan orang lainnya.
Sungguh aksi-aksi teror tersebut sangat menakutkan dan menghantui para wisatawan. Saya ingat sekali ketika saya mengunjungi Bali sebulan setelah Bom Bali I. Dampaknya sungguh luar biasa. Begitu juga peringatan satu tahun setelahnya. Bali menjadi sangat sepi. Hotel-hotel kosong sehingga memberi discount hampir setengah harga. Toko-toko sebagian besar tutup. Orang-orang berjalan dengan cepat dipenuhi ketakutan. Bali yang begitu ramai mendadak menjadi pulau mati. Perlu waktu lama untuk membangkitkan kembali pariwisata Bali sehingga pulih seperti sekarang ini.
Namun berbeda dengan sekarang. Tampaknya kini para wisatawan makin kebal atau makin tidak terlalu peduli. Buktinya, setelah bom yang meledak di pusat keramaian turis di Bangkok ternyata tempat itu kembali ramai dikunjugi wisatawan. Kebetulan saya sempat berada di sana. Mereka malah sengaja datang untuk menyaksikan bekas-bekas tragedi bom tersebut. Begitu juga setelah teror yang terjadi di dua kota budaya dunia, Paris dan Istanbul. Kedua kota turis ini dengan cepat bangkit dan kembali ramai dikunjungi oleh banyak wisatawan mancanegara.
Hal yang paling membuat heran justru ketika terjadi ledakan di Jalan Thamrin, pusat keramaian di Jakarta. Masyarakat bukannya menghindar saat terjadinya peristiwa tersebut, malah banyak yang datang mendekat. Berkerumun meninjau lokasi kejadian dan ber-selfie ria disana. Sampai beberapa hari setelahnya pun tetap ramai yang datang. Lokasi kejadian tersebut seakan menjadi destinasi wisata baru. Aneh bukan?
Tampaknya target teroris untuk membuat suatu kota mati dengan mengincar pusat-pusat keramaian yang dikunjungi oleh wisatawan tidak lagi menuai hasil seperti yang mereka harapkan. Masyarakat seolah hanya tersentak sejenak, ramai di berita. Buat meme-meme yang lucu. Kemudian setelah itu seolah lupa dan tidak perduli. Lalu beraktifitas seperti biasa. Tempat-tempat terjadinya teror tersebut kembali buka seperti biasa dan kembali ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Namun tentu saja selaku traveler, kita harus selalu berhati-hati dan mewaspadai lingkungan sekitar. Kalau ada yang mencurigakan lebih baik menghindar. Jangan lupa untuk selalu menyimpan nomor kedutaan Indonesia yang secara otomatis masuk lewat pesan pendek ke ponsel kita ketika kita mengunjungi suatu negara. Jika terjadi sesuatu atau berada di dekat kejadian, kita bisa langsung menghubungi nomor tersebut, baik untuk melaporkan kejadian dan keberadan kita ataupun meminta bantuan. Sehingga perwakilan pemerintah Indonesia selalu tahu keberadaan kita dan bisa segera mendatangkan bantuan.
Sebentar lagi memasuki bulan April. Mei dan Juni sudah di depan mata. Liburan anak sekolah telah tiba. Saatnya merencakan liburan keluarga. Menentukan pilihan tempat yang akan dikunjungi bersama keluarga tercinta. Makin cepat direncanakan tentu saja makin baik. Harga yang didapat untuk membeli tiket, hotel, dan lain-lain jauh lebih murah ketimbang mendekati saat liburan. Oleh karena itu rencakanlah dari sekarang dengan matang.
Selamat berlibur.
Zahrudin Haris
Kebetulan saya baru kembali dari menjelajahi London dan sekitarnya. Hampir setiap pagi saya memulai perjalanan wisata saya dari Stasiun Westminster. Karena begitu keluar stasiun, saya akan dengan mudah berpindah kendaraan menuju pusat-pusat pariwisata di kota London dan sekitarnya. Saya bisa berpindah ke bus hop on hop off yang bisa mengantar saya keliling London. Atau naik cruise tour menyusuri Sungai Thames dan menikmati kota London dari atas kapal. Bisa juga sekadar berjalan kaki menikmati megahnya Big Ben dan Naik London Eye - dua ikon kota London. Atau masuk melihat-lihat dari dalam kemegahan Gedung Parlemen Inggris yang sangat terkenal dan lanjut ke gedung Westminster Abbey.
Kalau nggak mau ribet, cukup berjalan-jalan di taman Westminster dan berfoto bersama patung-patung tokoh-tokoh terkenal seperti Churchil, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan tokoh-tokoh lainnya. Dan yang paling digemari para traveller yaitu berfoto diatas jembatan Westminster. Jembatan yang selalu ramai dikunjungi oleh turis dari seluruh dunia dan menjadi tempat favorit untuk berfoto. Baik dengan latar belakang Big Ben ataupun sebaliknya dengan latar belakang London Eye.
Itulah tampaknya yang dilakukan oleh serombongan turis mancanegara pada saat ditabrak oleh teroris yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sehingga 2 orang wisatawan meninggal dunia dan 40 lainnya terluka. Korban bertambah dengan ditikamnya seorang polisi dan ditembaknya pelaku teror oleh polisi.
Berita ini langsung memenuhi linimasa dan menyentak banyak wisatawan di dunia. Termasuk saya. Belum lepas satu minggu saya berada di sana. Saya tidak ingin membayangkan kejadian tersebut ketika saya berada di sana. Tentunya akan membuat ketakutan dan trauma untuk melakukan perjalanan wisata kemanapun. Dan kalau kita melihat ke belakang, ini bukan yang pertama kali. Pusat pariwisata dan keramaian orang menjadi incaran para teroris. Belum lepas dari ingatan kita kejadian di Nice, Perancis dengan pola yang hampir sama.
Teroris juga mengincar bandara seperti yang terjadi di Brussel, Belgia dan Istanbul, Turki yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan terhentinya operasional bandara selama beberapa saat. Yang paling menghebohkan dunia tentu saja bom Paris yang diledakkan di depan Stadion Stade de France dan serbuan teroris ke tengah konser di Gedung Bataclan tahun 2016 lalu yang meyebabkan ratusan orang kehilangan nyawanya.
Belum lagi teror pada malam tahun baru yang terjadi di Reina Club, Istanbul. Sekelompok teroris bersenjata menyerbu masuk dan menembak membabi buta yang menewaskan 39 orang pengunjung yang sedang merayakan tahun baru. Reina Club terkenal sebagai klab mewah yang selalu dikunjungi kaum jetset dan wisatawan berduit ketika berkunjung ke Istanbul.
Kejadian di Club Reina mengingatkan kita dengan Paddy's Club dan Sari Club yang ada di Bali. Kedua tempat inj diserang bom secara bersamaan oleh teroris pada tanggal 12 oktober 2002. Tercatat 202 korban jiwa dan ratusan orang lainnya terluka. Sekarang meninggalkan monumen yang selalu diperingati setiap tahun. Kemudian tiga tahun kemudian di tahun 2005 terjadi lagi bom Bali II yang diledakkan teroris di pusat keramaian Kuta dan Jimbaran yang mengakibatkan 23 orang tewas dan melukai ratusan orang lainnya.
Sungguh aksi-aksi teror tersebut sangat menakutkan dan menghantui para wisatawan. Saya ingat sekali ketika saya mengunjungi Bali sebulan setelah Bom Bali I. Dampaknya sungguh luar biasa. Begitu juga peringatan satu tahun setelahnya. Bali menjadi sangat sepi. Hotel-hotel kosong sehingga memberi discount hampir setengah harga. Toko-toko sebagian besar tutup. Orang-orang berjalan dengan cepat dipenuhi ketakutan. Bali yang begitu ramai mendadak menjadi pulau mati. Perlu waktu lama untuk membangkitkan kembali pariwisata Bali sehingga pulih seperti sekarang ini.
Namun berbeda dengan sekarang. Tampaknya kini para wisatawan makin kebal atau makin tidak terlalu peduli. Buktinya, setelah bom yang meledak di pusat keramaian turis di Bangkok ternyata tempat itu kembali ramai dikunjugi wisatawan. Kebetulan saya sempat berada di sana. Mereka malah sengaja datang untuk menyaksikan bekas-bekas tragedi bom tersebut. Begitu juga setelah teror yang terjadi di dua kota budaya dunia, Paris dan Istanbul. Kedua kota turis ini dengan cepat bangkit dan kembali ramai dikunjungi oleh banyak wisatawan mancanegara.
Hal yang paling membuat heran justru ketika terjadi ledakan di Jalan Thamrin, pusat keramaian di Jakarta. Masyarakat bukannya menghindar saat terjadinya peristiwa tersebut, malah banyak yang datang mendekat. Berkerumun meninjau lokasi kejadian dan ber-selfie ria disana. Sampai beberapa hari setelahnya pun tetap ramai yang datang. Lokasi kejadian tersebut seakan menjadi destinasi wisata baru. Aneh bukan?
Tampaknya target teroris untuk membuat suatu kota mati dengan mengincar pusat-pusat keramaian yang dikunjungi oleh wisatawan tidak lagi menuai hasil seperti yang mereka harapkan. Masyarakat seolah hanya tersentak sejenak, ramai di berita. Buat meme-meme yang lucu. Kemudian setelah itu seolah lupa dan tidak perduli. Lalu beraktifitas seperti biasa. Tempat-tempat terjadinya teror tersebut kembali buka seperti biasa dan kembali ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Namun tentu saja selaku traveler, kita harus selalu berhati-hati dan mewaspadai lingkungan sekitar. Kalau ada yang mencurigakan lebih baik menghindar. Jangan lupa untuk selalu menyimpan nomor kedutaan Indonesia yang secara otomatis masuk lewat pesan pendek ke ponsel kita ketika kita mengunjungi suatu negara. Jika terjadi sesuatu atau berada di dekat kejadian, kita bisa langsung menghubungi nomor tersebut, baik untuk melaporkan kejadian dan keberadan kita ataupun meminta bantuan. Sehingga perwakilan pemerintah Indonesia selalu tahu keberadaan kita dan bisa segera mendatangkan bantuan.
Sebentar lagi memasuki bulan April. Mei dan Juni sudah di depan mata. Liburan anak sekolah telah tiba. Saatnya merencakan liburan keluarga. Menentukan pilihan tempat yang akan dikunjungi bersama keluarga tercinta. Makin cepat direncanakan tentu saja makin baik. Harga yang didapat untuk membeli tiket, hotel, dan lain-lain jauh lebih murah ketimbang mendekati saat liburan. Oleh karena itu rencakanlah dari sekarang dengan matang.
Selamat berlibur.
Zahrudin Haris
Semoga manusia di bumi ini bisa hidup damai berdampingan satu sama lain....
ReplyDelete