Surabaya.. Surabaya.. Oh Surabaya..

Setiap kali saya menginjakkan kaki di Surabaya saya selalu teringat dan bersenandung lagu yang pernah di populerkan oleh Titik Hamzah dan Sundari Soekotjo, dua penyanyi yang sangat terkenal pada zamannya..

Berikut penggalan liriknya yang sampai saat ini masih hapal diluar kepala saya..

Surabaya, Surabaya, oh Surabaya
kota kenangan, kota kenangan
tak kan terlupa
Di sanalah, di sanalah, di Surabaya
pertama lah, tuk yang pertama
kami berjumpa..

Ku teringat masa yang telah lalu..
Seribu insan sribu hati terpadu satu
Surabaya di tahun empat lima
Kami berjuang kami berjuang bertaruh nyawa..

Saya tidak tahu apakah lagu ini masih dinyanyikan oleh anak-anak muda surabaya pada zaman sekarang atau malah sudah tidak dikenalin lagi. Saya harus melakukan survey buat itu hehe..

Tapi buat saya lagu ini mempunyai kenangan yang sangat dalam. Karena pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Surabaya yaitu pada tahun 1992 bulan Febuari pada saat itu saya masih remaja dan dalan perjalanan menjadi salah satu peserta Pertukaran Pemuda Antar Propinsi yang dulu disingkat PPAP yang sekarang kembali dipopulerkan oleh komedian asal Jepang. Gak ada hubungannya yaa.. haha..

Saya menjadi salah seorang utusan Propinsi Sumatera selatan yang dikirim ke Indonesia timur dan sempat dibina oleh Bapak Alex Nurdin yang saat itu masih menjadi Kepala Dinas Pariwisata Kotamadya Palembang dan sekarang menduduki jabatan Tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan sebagai seorang Gubernur di periode keduanya. Beliau salah satu orang Palembang yang saya kagumi.

Dalam perjalanan menuju timur Indonesia dengan menggunakan kapal PELNI Kambuna, kapal terbesar yang pernah saya tumpangi ketika itu kami singgah di Surabaya. Sebelum sampai di Surabaya kami sempat diajarin untuk menyanyikan lagu ini oleh pembina kami yang sangat cantik yaitu ibu Gustinawati yang dengan akrab kami panggil kakak Ina.
Begitu tiba kami menyanyikan lagu tersebut berulang-ulang diatas kapal dengan diiringi gitar oleh teman yang bawa dan memang piawai bermain gitar. Kami bernyanyi dengan semangat dan jadi tontonan semua penumpang Kapal yang berjumlah ribuan orang yang turun naik di Surabaya. Itu menjadi moment yang tak terlupakan oleh saya dan teman-teman.

Setelah selesai bernyanyi, Kami kemudian ikut turun dan menjelajah kota surabaya tapi cuma dikawasan Tanjung Perak karena hanya diberi waktu 4 jam saja sebelum melanjutkan perjalanan ke Makasar. Kesan pertama saya ketika itu adalah kota ini sangat panas, padat dan agak kurang teratur. Pasar dadakan yang panas tumplek blek di kawasan Tanjung Perak dipenuhin dengan penumpang dan penjemput yang saling bertabrakan tampa aturan. Setelah puas berkeliling saya naik kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan menuju Makasar.

Enam bulan kemudian setelah saya kembali selesai tugas yang menjadi awal mula saya sangat menyukai traveling, saya kembali melalui Surabaya menuju Palembang, kembali jalan-jalan di Tanjung Perak dan tidak ada perubahan apa-apa disana.

Kemudian di tahun 1994 dan 1995 saya kembali ke Surabaya. Waktu itu saya sudah bekerja di Salah satu perusahaan HTI dan Pabrik pulp & paper terbesar di Jambi yang merupakan group perusahaan multi nasional di Jakarta, pemiliknya selalu masuk 10 besar orang terkaya di Indonesia. Saya bekerja di bagian Personalia atau istilah kerennya HRD yang bertugas mencari karyawan harian dan borongan untuk di bagian penebangan hutan, pembersihan lahan, pembibitan dan penanaman kembali. Saya datang ke Surabaya dengan tujuan daerah-daerah kabupaten di Jawa Timur seperti Pacitan, Kediri, Tulung Agung, Pasuruan, Trenggalek, Blitar, Madiun, Malang dan lain-lain.

Di Surabaya Saya memilih menginap di daerah Pasar Kembang. Dalam perjalanan dari airport menuju hotel kesan saya tetap sama seperti dua tahun lalu. Suhu udara panas sekali, jalanan penuh kendaraan dengan bunyi klakson yang saling bersahutan, pedagang kaki lima tumpah sampai ke jalan, beca parkir semaunya, tidak ada trotoar buat pejalan kaki. Benar-benar crowded.

Setelah check in Saya carter becak untuk muter-muter kota Surabaya. Awalnya menarik tapi lama-lama tidak tahan juga karena panas dan debu nya.

Kemudian saya kembali ke hotel dan memutuskan untuk keluar dimalam hari dan carter becak lagi. Saya diajak muter-muter kota Surabaya oleh si tukang becak sambil ngobrol sepanjang jalan. Yang paling saya ingat tentu saja ketika saya dibawa masuk ke gang dolly, pusat prostitusi terbesar di asia tenggara pada saat itu.

Kami berjalan pelan kemudian memutuskan untuk parkir beca dan jalan kaki. Melihat cewek-cewek yang duduk-duduk di dalam kaca dengan dandanan yang mencolok dan agak menor membuat saya tertarik untuk lebih tahu banyak. ( saya kemudian masuk dan.. Untuk tahu detailnya, baca tulisan saya tentang wisata malam ke gang dolly.. hehe)

Setelah itu tahun 1997, ketika itu saya sudah pindah dan punya usaha interior dan furniture rotan di Jakarta. Saya mengambil bahan baku rotan di Gorontalo sementara produksi furniture nya ada di Cirebon. Jadi rotan harus dikirim via kapal angkut dari pelabuhan Bitung Sulawesi Utara menuju Tanjung Perak Surabaya kemudian diangkut pake truk ke Cirebon. Jadi saya harus kembali ke Tanjung Perak dan sewa gudang penampungan disana. Dan ternyata setelah 5 tahun Tanjung Perak belum berubah.

Dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 saya selalu pulang pergi ke surabaya dan kadang menginap sampai seminggu untuk menunggu barang. Tidak ada tempat pariwisata yang menarik di Surabaya untuk dikunjungi.

Tahun 2004 sampai dengan 2008 ketika saya beralih ke bisnis entertainment, salah satu bidang pekerjaan mendatangkan penyanyi-penyanyi ternama Indonesia untuk tampil setiap Rabu malam di salah satu club paling ternama dan happening di Surabaya, saya melihat kota Surabaya mulai berubah. Mall yang bagus-bagus mulai berdiri, sudah ada trotoar buat pejalan kaki walaupun masih seadanya dan yang paling banyak justru pusat-pusat hiburan malamnya. Namun kota ini tetap saja bukan kota yang menarik buat wisatawan.

Setelah itu saya sering bolak balik ke Surabaya dan terus memperhatikan perkembangan kota ini. Terus terang sekarang saya terkagum-kagum dengan pembangunan dan peribahan kota Surabaya yang begitu pesat dan makin bagus.

Kemarin dalam perjalanan dari airport menuju hotel di daerah Tunjungan, sepanjang jalan saya melihat taman-taman yang indah, trotoar buat pejalan kaki yang lebar, rapi, bersih dan sudah dilengkapi dengan lantai petunjuk arah untuk yang tuna netra.

Saya makin tertarik buat meng-explore nya.. Karena penasaran saya telefon teman saya yang tinggal di kota ini dan meminta dia untuk mengantar saya berkeliling kota Surabaya.

[caption id="attachment_985" align="aligncenter" width="640"] suasana pasar Ampel, foto: surabayabagus[/caption]

Saya diajak untuk mengunjungi Masjid Sunan Ampel yang ternyata sangat menarik, mempunyai nilai history yang sangat tinggi, indah dan menjadi tempat wisata rohani yang sangat layak dijual dan dipromosikan ke mancanegara.

Begitu masuk gerbangnya langsung mengingatkan saya kepada komplek Grand Bazaar di Istambul Turki yang belum lama saya kunjungi. Cuma ini dalan porsi lebih kecil dan belum rapi. Namun menurut saya komplek masjid Sunan ampel ini lebih bagus dari beberapa tempat wisata rohani yang mirip-mirip seperti ini seperti Masjid Ali Haji di Mumbai. (Baca tulisan wisata rohani - Mengunjungi Masjid Sunan Ampel - Surabaya. Perpaduan tiga budaya.
Juga tulisan tentang Berziarah ke Makam dan Masjid Ali Haji - Mumbai - India ).

Kemudian saya diajak mengunjungi Skate park di pinggir Kali brantas yang faslitasnya sangat lengkap dengan patung ikan yang memancurkan air yang mirip Merlion Park di Singapura, serta mengunjungi beberapa taman yang dibangun untuk tempat berkumpul masyarakat kota Surabaya seperti taman Atraksi, Taman Ekspresi, Taman Bungkul dan juga tempat-tempat lainnya termasuk Balai kota yang tampak indah dan juga mall-mall besar yang saat ini bertebaran di kota Surabaya.

[caption id="attachment_983" align="aligncenter" width="640"] skate park Surabaya, foto: blogspot[/caption]

Namun sayangnya di taman-taman yang sudah bagus itu tidak banyak orang yang datang, malah cenderung sepi. Di Skate Park, tempat yang sangat menarik dengan fasilitas lengkap malah kurang terawat dan sebagian fasilitas sudah mulai rusak. Patung yang sangat menarik untuk dijadikan latar belakang foto untuk orang-orang yang datang malah hanya bisa dinikmati dari jauh karena saya coba ambil foto dari dekat tapi tidak ada spot yang bagus layaknya Merlion Park di Singapura yang sangat terkenal dan dikunjungi jutaan orang setiap tahunnya itu.

Malah untuk masuk skate park ini harus melalui parkir yang gelap dan tidak ada petunjuk arah yang jelas. Yang bermain disinipun tidak banyak padahal menurut saya tempat ini sangat menarik karena berada di dekat sungai, di sebelah musium kapal selam yang juga sepi dan dekat dengan mall Plaza Surabaya yang sangat ramai.

Kalau saja tiga tempat ini terintegrasi dan dipoles sana sini, juga dibuat event-event yang menarik serta dilengkapi dengan faslitas wifi dan kafe-kafe yang menyediakan kopi dan makanan siap saji. Tentu tempat ini akan ramai dikunjungi oleh wisatawan dan warga surabaya.

[caption id="attachment_984" align="aligncenter" width="640"] taman ekspresi, foto: intaninchan[/caption]

Begitu juga taman atraksi dan ekpresi, tidak ada keramaian disana. Di taman yang luas dan memanjang dengan fasilitas permainan anak-anak yang lumayan banyak, Hanya ada beberapa orang yang datang. Sebagian asyik pacaran. Mungkin karena lampu penerangan yang tidak terlalu terang dan tidak ada event atau atraksi yang menarik untuk menjadi tontonan, warga jadi malas datang. Hanya Taman Bungkul yang ramai, disana banyak penjual makanan dan minuman juga sering dibuat event-event yang menarik, jadi taman ini lebih dikenal daripada taman-taman lainnya.

Terlepas dari itu semua, Surabaya sudah bertransformasi dari kota yang sumpek, padat, kumuh, tidak beraturan dan tidak ramah buat pejalan kaki menjadi kota wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Kota ini sudah layak mempunyai kendaraan wisata seperti hop on hop off yang ada di kota-kota besar dunia lainnya seperti Singapura, Kuala Lumpur, Sidney, Paris, Amsterdam, Tokyo dan lain-lain, untuk mengantar wisatawan berkeliling dan menikmati keindahan kota dengan schedule tetap, dikelola oleh perusahaan yang kredibel dan profesional serta tarif yang pantas dan terjangkau oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Kenapa harus bayar? karena kalau digratiskan pemda harus keluar dana, yang kerja juga asal-asalan, penumpang juga tidak menghargai karena tidak merasa punya beban apa-apa dan pelan-pelan tentu saja akan mati suri. Kenapa juga harus perusahaan profesional yang menguasai bidangnya yang mengelola? Karena biar pemerintah daerah fokus saja sama tugasnya membangun dan melayani masyarakat. Sudah banyak contoh tempat-tempat yang dikelola oleh pemda ujung-ujungnya berantakan dan merugi.

Waktu di Sidney, Melbourne, Rio de janeiro, Istambul, Osaka dan kota-kota besar lainnya yang saya kunjungi, saya selalu menyempatkan diri untuk keliling kota naik kendaraan hop on hop off dan selalu pilih duduk dekat sopir agar bisa banyak waktu bertanya dan ngobrol dengan bebas. Betapa pendapatan mereka sangat besar dari bisnis ini.

Kendaraan khusus turis ini dapat berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata menarik di Surabaya seperti wisata rohani ke komplek masjid sunan ampel dan juga Patung dewi Kwan In di Kenjeran, wisata sejarah ke Tugu Pahlawan dan musium-musiumnya termasuk musium bahari dan musium Sampurna yang sangat menarik, wisata alam ke taman kenjeran, taman bungkul, skate park juga taman-taman lainnya. Termasuk juga ke pasar tradisional yang sangat terkenal yaitu pasar atom, pasar turi juga mal-mal yang besar-besar seperti Tunjungan, Galaxy, Ciputra dan lain-lain dan jangan lupa kunjungan ke Icon kota Surabaya yang baru yaitu Jembatan Suramadu.
Saya berharap dalam kunjungan saya berikutnya yang entah kapan, hal itu sudah terwujud hehe..

Selamat datang di kota Surabaya yang baru...

Zahrudin Haris, Travel today

Comments

Popular Posts